Tuesday 24 December 2013

Appointment with Death - Perjanjian dengan maut



“Kau mengerti kan, bahwa dia mesti dibunuh?”

Kalimat singkat ini menjadi awal dari kasus yang ditangani Hercule Poirot dalam perjalanannya ke Petra. Sekelompok wisatawan yang terdiri dari sebuah keluarga Amerika, teman lama, dokter, psikolog, politisi dan guru. Yang menjadi perhatian utama adalah keluarga Boynton dari Amerika. Keluarga ini tengah mengadakan pesiar bersama dan sekilas dilihat dari luar mereka hanya seperti keluarga biasa yang tengah berwisata tapi jika diamati lebih cermat terdapat banyak keganjilan di dalamnya. Sarah King seorang lulusan dokter yang baru saja putus dari tunangannya memutuskan untuk ikut wisata ke Petra dan di sanalah dia bertemu keluarga ini.

Ketertarikan awalnya dimulai melalui percakapan singkat dengan Raymond Boynton di kereta, percakapan singkat ini membuat Sarah King tertarik kepada Raymond. Raymond yang juga sebenarnya tertarik padanya mendadak menjadi acuh saat mereka bertemu kembali di hotel. Ketika diselidiki penyebabnya ada pada Mrs. Boynton atau ibu tiri Raymond. Mrs. Boynton adalah tipe perempuan dominan, ia mendominasi semua gerak-gerik keluarganya. Putra putri Boynton tak akan berani melakukan hal apapun tanpa izin ibu mereka dan hal ini membuat Sarah kesal sekaligus tertarik kepada mereka. Dia membagi minatnya ini terhadap teman seperjalanannya Dokter Gerard yang juga psikolog dan bagi Gerard, keluarga Boynton merupakan studi kasus yang sangat menarik.

Keluarga Boynton terdiri dari si sulung Lennox Boynton dan istrinya Nadine, Raymond Boynton, Carol Boynton, dan yang bungsu adalah Ginevra Boynton yang disapa Jinny. Di antara semua anak tersebut, hanya Jinny yang merupakan anak kandung Mrs. Boynton. Yang lainnya merupakan anak dari Mr Elmer Boynton dengan istri pertamanya. Meski Jinny merupakan putri kandungnya, perlakuan Mrs Boynton sama dominannya dengan anak lainnya. Jinny mulai sering berkhayal yang tidak-tidak dan membuat kakak tirinya Raymond dan Carol khawatir dengan kondisinya. Setiap orang dalam cerita ini memiliki kesan sendiri terhadap Mrs. Boynton dan kesan-kesan tersebut yang nantinya akan menjadi kunci pemecahan kasus saat Mrs. Boynton ditemukan meninggal saat mereka sedang berlibur.


Selain keluarga Boynton, Sarah King, dan dokter Gerard, masih ada beberapa tokoh cerita yang juga menjadi kunci kasus ini yaitu Lady Westholme si politisi, Ms Amabel Pierce sang guru juga Mr Jefferson Cope teman keluarga Boynton. Semuanya memiliki versi tersendiri dalam menjelaskan alibi mereka, tak jarang alibi itu saling bertentangan, namun Hercule Poirot mengungkap kasus tersebut dengan caranya sendiri dan mengetahui motif setiap orang di baliknya. Apakah keluarga Boynton bisa hidup bahagia setelah ini? Atau malah semakin menderita? Apakah ini pembunuhan atau murni kematian wajar? 

Monday 23 December 2013

Sheila-Luka Hati Seorang Gadis Kecil


Ini kedua kalinya gue baca buku karya Torey Hayden. Buku pertama yang gue baca itu berjudul Kevin. Dalam bahasa Inggris judulnya “Murphy’s Boy”. Sama seperti Kevin, Sheila juga gadis kecil yang bermasalah. Bermasalah bukan karena dirinya sendiri melainkan lingkungannya yang menjadikan dia seorang anak yang memiliki banyak masalah.
Judul aslinya “One child” di Indonesia diterjemahkan menjadi “Sheila-Luka Hati Seorang Gadis Kecil”. Buku ini mengisahkan cerita nyata tentang kehidupan seorang gadis cilik berusia 6 tahun di Amerika. Gue lupa Amerika mana cuma yang jelas diceritakan di sini, Sheila berasal dari sebuah perkampungan migran di sebuah distrik kecil tempat para pekerja migran meksiko tinggal.  Torey Hayden, sang pengarang sekaligus guru Sheila dalam cerita ini merupakan seorang guru yang berdedikasi terhadap anak-anak berkebutuhan khusus. Dia mengajar di sekolah di distrik tempat Sheila tinggal. Jika sebelumnya, dia merasa masih bisa mengatasi anak-anak di kelasnya yang berjumlah 8 orang dan semuanya bermasalah (dengan berbagai latar belakang kehidupan yang bisa dikatakan sama sekali tidak menyenangkan), sekali ini dia benar-benar kewalahan menerima Sheila di dalam kelasnya.
Di bulan November tahun sebelumnya, Sheila dimuat di sebuah surat kabar karena dia telah membakar bocah laki-laki berusia tiga tahun sampai mati. Berita di koran itu singkat saja, hanya terdiri dari beberapa baris, namun itu cukup membuat Torey gamang menerima kehadiran Sheila. Bagaimana bisa seorang anak kecil berusia 6 tahun bisa membakar bocah yang lebih muda darinya? Pengalaman macam apa yang membuat Sheila menjadi seperti itu. Meski begitu, Torey tetap harus menerima Sheila, karena unit anak-anak Rumah Sakit Negara belum siap saat itu sehingga Sheila membutuhkan tempat untuk menampungnya sementara.
Sheila tiba di kelas Torey dengan keadaan sangat lusuh dan berbau pesing. Meski bagi Torey, itu hal yang biasa di kelasnya, namun bau Sheila benar-benar menimbulkan penolakan dari anak-anak lain. Sheila tidak mau mendekat sama sekali ke lingkaran mereka, dan dia selalu menjauh saat Torey mencoba mendekatinya. Saat dipaksa melakukan sesuatu, Sheila akan mengamuk dan menghancurkan apa saja yang ada di dekatnya. Karena tidak tahan dengan sikap Sheila yang destruktif, Torey selalu menyuruhnya ke sudut diam (sudut kelas berisi sebuah kursi di mana Sheila harus duduk sendiri di sana dan melihat aktivitas kelas) setiap kali Sheila membuat masalah. Bahkan di sanapun Sheila masih menunjukkan perlawanannya namun perlahan Sheila hanya diam. Sekalipun Sheila bersikap menentang, sebenarnya anak itu mengamati aktivitas kelasnya dengan baik. Anak-anak lainnya yang semula menolak Sheila, mulai membiasakan diri dengan keadaan gadis cilik tersebut dan mereka kompak akan melakukan hal lain yang berguna disaat Sheila mengamuk lagi dan Torey harus menenangkannya.
Di kelasnya Torey mempunyai aktifitas di mana anak-anak harus menuliskan apa saja yang mereka sukai dan tidak sukai pada hari itu. Mereka menuliskannya di selembar kertas dan memasukkannya ke sebuah kotak yang dinamakan KOTAK JIN. Mereka bebas menulis apa saja dan kepada siapa saja termasuk kepada Torey dan Anton, asisten Torey di kelas. Keesokan harinya Torey akan meminta mereka menghitung jumlah kertas yang mereka dapatkan dan menulis balasannya. Kegiatan sederhana ini sangat berpengaruh bagi anak-anak tersebut, mereka bisa mendengar (bagi anak yang tidak bisa membaca, akan dibacakan) dan membaca langsung kesan teman-teman terhadap diri mereka, dan semakin banyak kertas yang mereka dapatkan yang memberikan pujian, maka mereka akan gembira dan hal ini meningkatkan rasa percaya diri mereka yang terbiasa diremehkan oleh lingkungan. Bagi Sheila juga begitu, awalnya ia tak peduli, namun begitu mendengar surat-surat yang ditujukan kepadanya dari teman-teman sekelas berupa kritikan bahwa dirinya bau dan senang menganggu kelas dan hal itu jelaslah tidak disukai mereka. Mereka memberi saran, kalau Sheila tidak terlalu bau dan bersikap baik, mungkin mereka mau berbicara dan duduk dekat dengannya di kelas. Awalnya Sheila marah mendengar itu semua, namun perlahan ia mau mencoba sedikit lebih bersih. Setiap hari Sheila selalu memakai kaos dan celana yang sama sehingga tidaklah heran baunya sangat menyengat. Tidak peduli ia pipis di malam harinya maupun kehujanan sekalipun, bajunya tetaplah sama. Torey ingin memberinya baju bekas namun Sheila menolak karena ayahnya akan marah kalau tahu dia menerima pemberian orang lain. Ayahnya tidak suka menerima sedekah dan dia menginginkan hal yang serupa bagi Sheila. Dia akan memukul Sheila apabila Sheila menerima pemberian orang lain.
Untuk mengatasi hal itu, Torey membujuk Sheila memakai pakaian lain selama di sekolah saja, sementara dia bersekolah, bajunya akan dicuci sehingga tidak terlalu bau meski mustahil menghilangkan kotoran di bajunya namun setidaknya baju itu bersih dan tidaklah bau. Sheila setuju karena ayahnya tidak akan tahu mengenai hal ini. Ayahnya jarang di rumah dan seringkali mabuk berat sehingga tidak memperhatikan Sheila. Setiap pagi saat Sheila datang (Sheila selalu datang setengah jam lebih awal karena ia harus ikut bus SMU yang melewati tempat tinggalnya), Torey akan menyisir rambutnya dan membersihkan badannya. Torey membelikannya jepit rambut dan Sheila menjaganya seolah itu harta karun raja-raja. Secara penampilan, Sheila membaik. Ia mau mandi, menyikat gigi, membersihkan mukanya dan berganti pakaian. Ia selalu mengenakan jepitnya setiap hari dan meminta Torey menyisir rambutnya. Sheila tampak cantik dan ia menyukainya sehingga mau didandani.
Dalam hal akademik Torey terkejut mendapati Sheila sangat pandai dalam matematika. Ia mampu berhitung dengan baik dalam penambahan, perkalian, pengurangan juga pembagian. Sheila bahkan mampu membaca dengan lancar meski dialeknya aneh (mungkin karena perkampungan migran meksiko), ia paham kosakata yang sulit. Karena penasaran, Torey terus menjejalinya dengan berbagai pertanyaan yang lebih rumit dan Sheila mampu menjawab semuanya dengan sangat baik. Torey lalu meminta salah seorang temannya yang merupakan seorang dokter ahli dan psikolog memberikan tes pada Sheila dan hasilnya Sheila memiliki IQ 180, kemampuan otaknya setara dengan anak kelas 5 SD di sekolah reguler. Dengan kata lain Sheila seorang jenius. Bagi Torey, hal ini menyenangkan sekaligus menyedihkan, ia menyayangkan anak sepintar Sheila tidak mendapat lingkungan yang baik sehingga bakat anak itu terpendam rapat dan tidak bisa digunakan. Sheila mau menjawab soal-soal secara lisan namun ia tidak mau mengerjakannya secara tertulis. Ia akan merobek kertasnya dan menghancurkannya sedemikian rupa lalu mengambek. Akhirnya Torey membiarkannya sampai anak itu menyatakan ingin menulis dengan sendirinya. Sheila tidak menyukai tulis-menulis karena ia tidak ingin kesalahannya terlihat dengan jelas, ia benci kesalahan dan kelihatannya sangat takut dengan kegagalan. Ia melihat pekerjaan anak-anak lain yang dicoret apabila ditemukan kesalahan, dan Sheila tidak menginginkannya di lembar jawabannya.
Sheila tenyata merasa bersalah atas kepergian ibunya dan adik laki-lakinya Jimmie. Ia ingat ibunya meninggalkannya di jalan saat baru berumur empat tahun. Ibunya hanya membawa Jimmie pergi, sementara Sheila ditinggalkan bersama ayahnya. Kepergian ibunya meninggalkan luka hati yang dalam bagi Sheila. Ayahnya menyalahkan Sheila, karena Sheila nakal, makanya sang ibu pergi meninggalkannya di jalan. Karena Sheila tidak bisa diatur, Jimmie dibawa pergi oleh ibunya padahal ayahnya sangat menyayangi putranya itu. Ia tidak yakin Sheila putrinya sehingga rasa sayangnya hanya untuk Jimmie. Kejadian itu membuat Sheila takut akan kegagalan, ia menganggap dirinyalah penyebab ibunya pergi, dan ayahnya menjadi seorang pemabuk. Tentunya hal ini hanya berasal dari kacamata seorang gadis cilik, Torey menasehatinya bahwa belum tentu itu penyebab ibunya pergi, bisa saja terjadi masalah lain yang mengharuskannya meninggalkan Sheila. Namun Sheila berkeras bahwa dialah penyebabnya.
Hari-hari demi hari terus berlalu, di saat Sheila menunjukkan kemajuannya dengan pesat, direktur sekolah menyatakan bahwa Unit Anak-Anak di Rumah Sakit Negara sudah dibuka dan Sheila akan dipindahkan ke sana. Tahun depan kelas khusus ini akan ditutup karena delapan anak terbelakang tersebut telah menunjukkan kemajuan pesat sehingga bisa ditempatkan di kelas reguler dengan bimbingan khusus. Torey menentang penempatan Sheila di rumah sakit negara karena jelas tempat itu tidak cocok untuk anak itu. Sheila sama sekali tidak gila, dan jelas-jelas pintar. Ia hanya kurang mendapat kesempatan untuk hidup layak. Torey meminta bantuan kekasihnya Chad seorang pengacara dan mereka berhasil memenangkan kasus Sheila sehingga Sheila bisa berada di sekolah seperti sebelumnya. Kemenangan ini membawa sedikit perubahan pada ayah Sheila. Ia menjadi lebih memperhatikan Sheila dan mau menerima bantuan orang lain tanpa mengartikannya sebagai sedekah.
Di tengah kegembiraan Sheila, datanglah bencana yang tidak diduganya. Pamannya Jerry memperkosanya, ia memaksa memasukkan alat kelaminnya ke vagina Sheila, dan ketika alat kelaminnya tidak bisa masuk dan Sheila menolaknya, ia menusukkan pisau ke vagina Sheila untuk membuatnya lebih lebar sehingga gadis cilik tersebut mengalami pendarahan hebat. Sheila sama sekali tidak menangis meski jelas ia sangat kesakitan dan juga trauma. Baginya menangis tidak akan membuat keadaannya menjadi lebih baik. Torey melaporkannya ke polisi, dan Jerry segera ditahan karena penganiayaan seksual terhadap anak-anak.
Di kelasnya, Torey menerangkan kepada anak-anak mengenai bagian tubuh yang boleh disentuh dan tidak boleh disentuh oleh orang lain. Dan mereka juga tidak boleh minta disentuh di bagian tersebut. Hal-hal tersebut hanya boleh dilakukan oleh orang dewasa yang saling menyayangi bukan orang dewasa terhadap anak-anak, apalagi dengan cara memaksa. Dan jika mereka menemukan orang berlaku aneh kepada mereka, anak-anak itu harus segera mencari perlindungan atau membicarakannya kepada orang lain supaya mereka dapat ditolong.
Sejak kejadian itu, Sheila berubah. Ia menjadi lebih traumatis dan sulit didekati seperti saat pertama ia datang ke kelas Torey. Sheila trauma memakai gaun yang dianggapnya menjadi penyebab ia diperkosa pamannya. Dan hal itu membuatnya menjadi muram. Torey berusaha mendekatinya dan perlahan Sheila kembali ke sikapnya yang baik dan berusaha di kelasnya dengan sangat baik. Ia berperan sebagai Dorothy dalam “the Wizard of Oz” yang ditampilkan di sekolahnya. Ayahnya datang dan bangga melihat Sheila, ia bahkan meminta Torey membelikan Sheila pakaian sehari-hari yang pantas untuk anak perempuan. Torey menyanggupinya dengan senang hati.
Saat berpisah pun tiba, Torey tahu kelasnya akan ditutup dan ia telah memberitahukan kepada beberapa anak mengenai perubahan ini. Sebagian dari mereka akan pindah ke sekolah reguler dan beberapa sekolah sudah menerima penempatan mereka. Bagi Sheila, Torey menempatkannnya di SD Jefferson, karena Torey mengenal salah seorang guru di sana dan ia yakin guru itu bisa mengajar Sheila dengan baik dan mau memperhatikannya. Yang menjadi masalah adalah bagaimana cara memberi tahu Sheila. Anak itu alergi perpisahan dan Torey telah menjadi seorang spesial bagi Sheila. Pelan tapi pasti Torey memberi tahunya dan reaksi Sheila sangat keras akan hal ini. ia menolak menjadi baik dan terus mempertanyakan kenapa Torey menjinakkannya lalu meninggalkannya? Torey menjelaskan meski mereka berpisah, ia akan tetap meyayangi Sheila. mereka akan berkirim surat setia minggunya dan hal ini akan membuat Sheila tumbuh dewasa. Sheila mau menerimanya dan membiasakan diri di sekolah barunya. Sekalipun ia tetap menginginkan Torey, tapi ia paham Torey akan tetap menyayanginya meski mereka tidak bisa selalu bersama.

Anne of Green Gables


Title: Anne of Green Gables
Author: Lucy Maud Montgomery
Publisher: Qanita
Dua bersaudara Matthew dan Marilla Cuthbert berencana mengadopsi seorang anak laki-laki dari panti Asuhan Nova Scotia untuk membantu Matthew di peternakan. Mereka menginginkan anak lelaki berusia 11-12 tahun dan memiliki lengan yang gesit dan masih berasal dari tanah yang sama dengan mereka. Kedua kakak beradik perawan dan perjaka tua tersebut tinggal di sebuah desa kecil nan indah bernama Avonlea, dan di sana mereka tinggal di sebuah rumah yang dinamakan Green Gables.
Marilla Cuthbert seorang wanita tua yang tegas dan cekatan meminta kepada Mrs Spencer dari panti Asuhan Nova Scotia untuk mengirimkan seorang anak laki-laki dan Matthew akan menjemput anak itu di stasiun yang terdekat dari rumah mereka. Sesampainya di stasiun, Matthew tidak mendapati anak lelaki yang dicarinya melainkan seorang anak perempuan berambut merah terang, berwajah bintik-bintik dan mengenakan gaun kaku yang sama sekali tidak pantas dikenakan anak seusianya. Gadis kecil itu memperkenalkan dirinya sebagai Anne Shirley, berusia 11 tahun , dan sudah berulang kali berpindah tempat tinggal sebagai pengasuh anak-anak. Matthew yang lembut hati dan tidak tahu apa yang harus dilakukan memutuskan untuk membawa Anne pulang ke Green Gables dan mencari langkah selanjutnya untuk mengembalikan Anne ke panti asuhan. Anne terus berceloteh sepanjang perjalanan ke Green Gables, gadis kecil ini begitu terpikat dengan keindahan Avonlea dan ia sangat bahagia membayangkan dirinya akan menetap di tempat seindah ini. Matthew tidak sampai hati memberitahunya bahwa mereka sama sekali tidak menginginkan perempuan, ia akan meminta Marilla saudarinya yang memberitahu Anne cilik.
Kedatangan Anne tentu saja disambut dengan terkejut oleh Marilla Cuthbert, namun sama seperti Matthew ia tidak tega mengirimkan anak itu kembali ke panti malam ini juga, maka ia membiarkan Anne menginap semalam dan besok ia akan mengantar anak itu ke rumah Mrs Spencer untuk menukarnya. Anne adalah gadis yang penuh dengan daya imajinasi tinggi bahkan bisa dikatakan berlebihan, ia senang berbicara tanpa henti dan senang menyebut sesuatu dengan istilahnya sendiri seperti ia menyebut danau Barry sebagai Danau Riak Berkilau, menyebut ladang Spruce sebagai Kanopi Kekasih. Siapa sangka celotehan dan daya imajinasinya yang aneh itu malah menyelamatkan Anne dan ia bisa menetap di Green Gables. Ia telah membawa semangat di rumah Matthew dan Marilla yang selama ini sepi dengan kenakalannya, keceriaannya juga kebawelannya.
Perlahan Marilla memutuskan untuk memelihara Anne dan ia bertekad akan mendidik gadis bandel ini sebaik mungkin supaya Anne tumbuh menjadi seorang gadis terhormat. Anne disekolahkan di sekolah Avonlea dan ia bersahabat dengan gadis cilik keluarga Barry bernama Diana Barry. Dengan segera Anne menyebut Diana sebagai belahan jiwanya yang terbaik. Ia mengagumi kecantikan Diana dan membenci seorang anak lelaki bernama Gilbert Blythe yang memanggilnya “Wortel” karena rambut merahnya dan membuatnya malu di hadapan teman-teman sekolahnya. Sekalipun nakal dan memiliki imajinasi aneh, Anne adalah gadis cilik yang memikat. Ia sering berbuat kesalahan namun ia berjanji tidak akan mengulang kesalahan yang sama malah membuat kesalahan baru. Imajinasi Anne yang tidak terbatas sering membawa masalah baginya, namun juga tak jarang menyelamatkan anak itu dari kesedihan. Ia bertekad menjadikan segala sesuatunya menyenangkan. Misalnya saja ketika ia menginginkan gaun berenda dengan lengan menggelembung yang sedang trend saat itu namun Marilla tidak mau membuatkan karena dianggapnya Anne akan sombong apabila hanya memperhatikan penampilan saja, maka Anne akan membayangkan dirinya mengenakan gaun terindah di Avonlea yang membuat iri teman-temannya meski gaunnya biasa saja. Anne pun mulai belajar, imajinasinya yang berlebihan bisa mencelakakan dirinya sendiri dan sahabat baiknya, Diana. Anne belajar membuat kue ketika menyambut Diana minum teh di rumahnya, namun karena ia mengkhayal saat ia membuat kue maka ia salah memasukkan minyak angin ke adonan kue karena ia mengiranya vanila. Tentu saja Marilla menegur gadis itu dan mengingatkan untuk membatasi khayalannya sampai ke tingkat tertentu.
Kisah Anne menarik, segar dan imajinatif, membacanya membuat saya mengingat karya anak-anak dari Enid Blyton. Karya klasik yang akan selalu dikenang sepanjang masa.

Anne of Avonlea


Pengarang: Lucy Maud Montgomery
Penerbit: Qanita
Pertama kali diterbitkan di tahun 1909
Dalam kisah keduanya, Anne digambarkan telah lulus dari Akademi Queen dan berumur 16 tahun saat ini. Gadis kecil berambut merah itu telah tumbuh menjadi gadis cantik (masih berambut merah) dan pintar yang mampu memenangkan beasiswa Avery untuk kuliah di Redmond, Kingsport. Namun karena kepergian Matthew Cuthbert, maka Anne membatalkan niatnya untuk kuliah dan memilih menemani Marilla di tanah pertanian Green Gables dan menerima pekerjaan sebagai guru di sekolah Avonlea.
Awalnya Marilla menentang niat Anne untuk tidak melanjutkan kuliah, ia tahu Anne mengalah demi menemaninya di Green Gables. Ia mengatakan kepada Anne bahwa ia akan menjual Green Gables dan menyewa kamar kecil di rumah Mrs Rachel Lynde tetangga mereka. Sepeninggal Matthew tidak ada lagi orang yang mampu mengurus pertanian mereka ditambah lagi kondisi penglihatan Marilla mmemburuk dan ia tidak lagi bisa membaca atau merajut terlalu lama. Anne tidak rela Marilla menjual Green Gables, baginya tempat itu adalah satu-satunya rumah dan kenangan yang ia miliki akan kebaikan dua bersaudara Cuthbert padanya. Dan Anne merasa inilah saatnya ia membalas kebaikan mereka dengan menemani Marilla.
Atas saran Anne, Marilla menyewakan tanah pertanian Green Gables kepada orang lain, dan tentu saja mereka bisa tetap tinggal di sana. Anne menerima pekerjaan sebagai guru di Avonlea dan telah menyusun segudang rencana pengajaran bagi murid-muridnya kelak. Ia sibuk berkhayal bahwa dirinya, Anne Shirley akan menemukan bakat terpendam yang ada dalam diri setiap anak dan suatu saat nanti salah satu dari mereka akan menjadi orang sukses yang terkenal dan semua itu berkat guru mereka di Avonlea.
Selain Anne, beberapa teman lama Anne juga akan mengajar di sekolah. Gilbert Blythe akan mengajar di sekolah White Sands, Jane Andrew akan mengajar di sekolah NewBridge. Anne dan Marilla mendapat tetangga baru yang eksenterik bernama Mr Harrison dan burung beonya yang senang mengumpat, Ginger. Pada tahun itu kesehatan Marilla membaik dan ia mendapat kejutan akibat sepupu generasi ketiganya meninggal. Sepupu generasi ketiga Marilla itu memiliki sepasang anak kembar dan meminta Marilla mengasuh mereka sementara karena paman si kembar sedang sakit dan akan segera menikah di musim semi nanti. Setelah sang paman menikah, barulah ia bisa membawa si kembar bersamanya. Meski dibilang kembar, sepasang anak lelaki perempuan bernama Davy dan Dora Keith sama sekali tidak bisa dibilang mirip kecuali tinggi dan badan mereka yang agak montok.
Davy Keith seorang anak lelaki yang periang, nakal, penuh rasa ingin tahu dan senang berbuat kenakalan dengan di SENGAJA. Sementara kembarannya Dora Keith merupakan anak perempuan kecil yang paling mudah diatur sedunia, ia patuh, manis, dan sangat tenang. Kedatangan si kembar meramaikan kehidupan Green Gables yang tadinya mulai tenang seiring perkembangan Anne. Kenakalan dan pertanyaan polos dari Davy menjadi bumbu cerita tersendiri yang membuat kita tertawa membayangkannya.
Tokoh lainnya yang tidak kalah menarik dalam seri kedua Anne, ialah kehadiran Miss Lavendar Lewis. Seorang perawan tua yang gagal menikah dan tinggal berdua saja dengan pelayan setianya yang bernama Charlotta Keempat. Miss Lavendar dulunya pernah menjalin pertunangan dengan seorang ayah dari murid Anne yang bernama Paul Irving. Keduanya bertengkar karena hal sepele dan ternyata hal itu mengakibatkan ayah Paul yaitu Stephen Irving tidak kembali lagi ke Avonlea dan menikah dengan gadis Amerika. Sejak itu Miss Lavendar tidak pernah lagi membuka hatinya untuk pria manapun dan memutuskan untuk menyendiri bersama khayalannya di pondok Gema. Khayalan Miss Lavendar merupakan salah satu kunci pertemanannya dengan Anne, dengan segera keduanya menjadi belahan jiwa. Pertemuan mereka diakibatkan oleh Anne yang mengkhayal saat hendak berkunjung ke rumah keluarga Kimball bersama sahabat tercintanya Diana Barry. Akibatnya Anne salah mengambil jalan dan membelok ke pondok gema, tentu saja hal itu menyebabkan mereka tidak jadi berkunjung untuk minum teh di rumah Kimball seperti seharusnya. Namun pertemuan yang kebetulan tersebut membawa berkah tersendiri bagi mereka semua terutama bagi Miss Lavendar dan kekasih lamanya Stephen Irving.
Masih banyak lagi kelucuan dan rasa haru yang ada dalam buku ini, yang pastinya sayang untuk dilewatkan. Tunggu apalagi, ambil dan bacalah.

Emily of New Moon


Emily, gadis cilik berusia 11 tahun tinggal di Maywood bersama ayahnya tercinta Douglas Starr dan seorang pengurus rumah tangga harian yang sering dikatai “gembrot tak berguna”, Ellen Greene. Sang ayah, Douglas mulai sakit-sakitan sepanjang 5 tahun terakhir sementara ibu Emily, Juliet Murray meninggal saat Emily masih kecil dan belum mampu mengingatnya. Meski begitu, EMily merasa tidak kekurangan kasih sayang meski secara materi hidup mereka amatlah sederhana dan jauh dari kemewahan. Ayah Emily seorang penulis dan Emily sendiri tampaknya mewarisi bakat itu dan sangat menyukai menyusun cerita dalam benaknya dan menuliskannya dalam buku harian.
Di tengah kebahagiaannya, Emily diberitahu bahwa hidup ayahnya tak akan lama lagi dan tinggal dalam hitungan minggu, mereka memanfaatkan momen-momen yang tersisa tersebut sebagai kenangan dari sang ayah. Ayahnya juga menceritakan mengenai masa lalu dirinya dan ibu Emily. Juliet Murray adalah putri bungsu keluarga Murray yang sangat terhormat dari New Moon. Ia memilih kawin lari bersama DOuglas aat berusia 18 tahun dan menetap di Maywood dalam kondisi yang serba kekurangan namun mereka bahagia. Peristiwa kawin lari Juliet dianggap aib bagi keluarga Murray dan mereka sangat membenci DOuglas Starr karenanya. Sekalipun begitu sebagai keluarga baik-baik dan terhormat, mereka menampung EMily dalam keluarga mereka dan membesarkan anak itu setelah ayahnya meninggal. Awalnya mereka merasa bingung siapa yang harus menerima Emily, dan mereka memutuskannya dengan undian. Emily diperkenalkan oleh Ellen kepada keluarga ibunya satu-persatu, ada Paman Wallace yang gemar menyindir, bibi Ruth Dutton yang selalu mendengus, Bibi Elizabeth yang keras hati, Bibi Laura si penyayang dan lembut hati, Paman Oliver sang dermawan dan sepupu Jimmy yang gemar membuat puisi dan pernah terjatuh ke dalam sumur sehingga mengakitbatkan dirinya kurang waras. Karena tak ada yang mau menerima Emilys ecara sukarela maka keluarga Murray mengundi nama-nama mereka dan meminta EMily mengambil salah satu nama dalam kertas terlipat itu. Dan pilihannya jatuh kepada Elizabeth Murray dari New Moon.
Elizabeth tinggal bersama Laura dan keponakannya Jimmy. Peternakan dan Pertanian New Moon memegang teguh tradisi keluarga selama bertahun tahun dan menolak segala bentuk kemajuan zaman. Di masa sudah ada penerangan dari listrik, Elizabeth tetap memakai lilin sebagai alat penerangan dan panci-panci besar bersama kayu bakarnya untuk memasak ketimbang gas. Di satu sisi, cara ini lebih aman dan alami, di sisi lain menjengkelkan sepupu Jimmy yang bekerja di sana. Di masa awalnya tinggal di New Moon, Emily merasa sangat merindukan Maywood, Dewi Angin, dan Mike, kucing tercinta yang harus ia tinggalkan karena Bibi Elizabeth melarangnya. Ia diperbolehkan membawa Saucy Sal, kucingnya yang lain hanya karena Laura dan sepupu Jimmy memohonnya. Di New Moon, menggunakan kertas secara berlebihan merupakan pemborosan besar sementara Emily sangat membutuhkannya untuk menulis.
Saat Emily marah, kecewa ataupun bergembira terhadap sesuatu maka ia akan menuliskannya supaya jiwanya kembali merasa tenang. Emily menuliskan segala sesuatunya dengan sangat jujur dan seringkali goresan penanya sangat tajam karena ia menuliskannya di saat emosi mendominasi hati dan pikirannya. Ia menulis surat-surat untuk ayahnya di surga dan menceritakan semua yang terjadi kepadanya karena di peternakan tua itu, tak ada yang bisa dijadikan teman curhat. EMily menuliskan semua itu di kertas-kertas bekas pernyataan leluhur keluarga yang tadinya akan dibakar oleh Bibi Laura. Bagian belakang kertas tersebut masih kosong sehingga Emily bisa menggunakannya untuk menuliskan apa yang ingin ditulisnya baik itu puisi, diary, ataupun cerita yang melintas di benaknya. Beberapa waktu kemudian, sepupunya Jimmy secara teratur membelikannya buku harian (tentu saja tanpa sepengetahuan bibi Elizabeth) yang dipanggil sebagai “Buku Jimmy”.
Emily juga mulai bersekolah dan mengalami banyak masalah karena sebelumnya ia hanya diajari oleh ayahnya di rumah. Namun ia menyukai sekolah dan teman-temannya. Persahabatannya dengan Rhoda Stuart yang hanya seumur jagung, persahabatan uniknya dengan Ilse Burnley, putri Dr. Allan Burnley yang selalu diabaikan dan persahabatannya yang manis dengan Teddy Kent, bocah yang sangat mahir melukis dari Tansy Patch membawa kebahagiaan bagi Emily yang sangat merindukan kasih sayang tulus dari orang di sekitarnya. Tak ketinggalan hadirnya pemuda kasar yatim piatu bernama Perry Miller yang menyukai Emily sejak ia menyelamatkan gadis itu dari kejaran banteng dekat sumur tua James Lee. Selain itu perkenalan Emily dengan Dean Priest (Jarback Priest) membantu Emily dalam menemukan kata-kata indah untuk puisi dan ceritanya.
Secara keseluruhan, novel ini sangat khas L.M Montgomery. Awalnya terasa sangat mirip dengan Anne dari Green Gables tapi ketika meneruskan membacanya maka akan segera diketahui bahwa Emily sangat berbeda dengan Anne. Sifat Emily yang angkuh(turunan Murray) dan nakal membuat kisah ini terasa segar dan sama sekali tidak membosankan. Emily yang riang, EMily yang mempesona mengantar kita ke dalam dunia imajinasi yang bahkan sulit dilukiskan dengan kata-kata.

Alita @First


Judul: Alita @First
Pengarang: Dewie Sekar
Alita Prayoga sudah terbiasa mendengar nasihat kakaknya, mamanya, eyangnya, sahabatnya mengenai satu hal selama bertahun-tahun “Kamu boleh dekat sama Erwin, boleh temenan sama dia, tapi….jangan sampai naksir ya….Erwin itu ga cocok buat kamu”.
Memangnya siapa sih Erwin ini sampai orang-orang terdekat Alita mengatakan hal yang sama? Erwin adalah sobat kental kakak Alita yang bernama Yusa (akrab dikenal sebagai mas Yusa), orangnya ganteng, pinter, pandai bergaul, puitis, romantis, penyayang, lucu, eperytiiiing deeeeeh …semua yang disukai kaum hawa ada dalam diri si Erwin ini, terus kenapa dong cowok semupurna model gitu ga cocok buat Alita? Bukannya harus segera dimasukin daftar calon menantu ditambah lagi dia sobat kental mas Yusa kan? Harusnya di daftar dia masuk urutan pertama, ya ga ? Karena Erwin itu buaya darat, yang senang bermain-main dengan wanita.
Alita mengenal Erwin, saat pertama kali sang kakak tersayang membawanya ke Palembang, tempat tinggal Alita dan keluarganya. Sejak pertama bertemu Alita sudah menyukai Erwin…karena seperti yang dijelaskan di atas tadi Erwin itu “Eperyythiiing deeeeh”. Namanya juga manusia, namanya juga cewek, namanya juga hati….biar seantero melarang tapi Alita tidak bisa melarang hatinya suka sama Erwin. Dengan segera dia merasa cocok dengan sahabat kakaknya ini, apalagi usia mereka terpaut jauh (Erwin bahkan lebih tua dari Yusa) sehingga Alita merasa mendapat limpahan kasih sayang. Erwin sendiri sangat meyayangi Alita sebagai adiknya…ia tidak berani mendekati Alita secara terang-terangan karena ya itu tadi Alita itu adik Yusa dan Yusa tau banget soal prestasinya sebagai buaya darat.
Jadi dimulailah masa-masa Alita memendam perasaannya terhadap sang pujaan hati,  Alita merasa cukup puas apabila Erwin datang bersama Yusa ke Palembang, merasa sudah bahagia apabila Erwin mengiriminya buku-buku bekas (bekas dibaca Erwin maksudnya) untuk hobinya yang gemar membaca, sudah membara apabila melihat Erwin tersenyum padanya meski Alita tau arti senyum itu, hanya senyum seorang kakak. Yusa dan Erwin kuliah di Yogya, Yusa mengambil jurusan arsitektur, Erwin jurusan hukum. Selama di Yogya, Yusa tinggal di rumah eyang putri dari pihak ibunya sebab meski mereka tinggal di Palembang, keluarga mereka asli orang Yogyakarta.
Lulus SMA, Alita kuliah di Yogya, tujuannya hanya satu, supaya bisa berdekatan dengan Erwin. Sayangnya saat itu Erwin dan Yusa sudah lulus kuliah. Yusa bekerja di Surabaya, sementara Erwin bekerja di Jakarta. Namun meski demikian keduanya tetap saling berkomunikasi dengan bertukar puisi melalui email. Alita berhenti mengirimkan puisinya sejak ia tahu Erwin sudah memiliki kekasih bernama Tira. Sejak itu Alita mengganti nomor hp dan alamat emailnya, ia selalu menghindar saat Erwin berusaha menghubunginya. Di saat Alita menghindar, perlahan Erwin menyadari perasaan Alita terhadapnya, dan celakanya ia baru menyadari kalau ia juga menyukai Alita di ambang pernikahannya dengan Tira. Bagaimana kelanjutan kisah Alita dengan Erwin? Mampukah Erwin membalas perasaan Alita selama ini? Lalu bagaimana dengan kekasihnya Tira? Dan yang paling penting bagaimana caranya memberitahu Yusa? Hehehehe…untuk tau kelanjutannya, silahkan beli bukunya aja……

Half an Apple

Original title: 1/2 no Ringo
Author: Yukari Koyama
“Aku ingin menemukan seseorang yang menjadi takdirku”
Ada pepatah yang bilang bahwa hati laki-laki dan perempuan ibarat sebuah apel. Kemudian Tuhan membelahnya menjadi dua. Dan sejak itu mereka terus berusaha mencari belahan dirinya yang hilang. Di manakah pasangan sejati kita? Apakah kita bisa bertemu orang yang cocok?
Hikaru Tanimura, seorang wanita karier yang mempercayai mitos half an apple. Ia selalu menunggu dipertemukan dengan seorang pria yang kelak akan menjadi pasangan dan memang ditakdirkan untuknya. Sehari-harinya Hikaru bekerja sebagai resepsionis di perusahaan farmasi Takeuchi. Untuk menjadi seorang resepsionis ternyata tidak mudah yang kita lihat, resepsionis merupakan wajah perusahaan, sehingga pekerjaan itu harus selalu dilakukan dengan sungguh-sungguh. Sayangnya orang lain sering menilai pekerjaan resepsionis adalah pekerjaan untuk wanita-wanita muda di bawah 25 tahun dan berpenampilan menarik. Begitu melewati usia 25 tahun, apabila wanita tersebut belum menikah, maka akan menjadi bahan pergunjingan di kantor dan seringkali mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan :(. Hikaru sendiri sudah melewati usia 25 tahun, namun ia tidak tergesa-gesa dalam mencari pasangan meski tak urung ia memikirkan juga mengenai pergunjingan orang-orang kantornya. Di kantor, Hikaru bersahabat dengan Shizuka dan Natsuko. Shizuka seorang yang cuek terhadap penampilannya namun di sisi lain ia seorang yang tulus dan jujur dalam berteman. Sebaliknya Natsuko seorang wanita muda yang sangat cantik dan manarik perhatian di kantor. Namun di balik penampilannya itu, Natsuko digosipkan senang merebut kekasih orang lain dan memiliki seorang ibu yang gemar berjudi.
Suatu hari perusahaan Takeuchi mengadakan pelatihan MR (Marketing Repsentative) untuk semua MR cabang Kyoto. Dalam kesempatan ini secara kebetulan Hikaru bertemu kembali dengan seniornya dulu di klub voli SMU, Masaya Shindo. Shindo sangat terkenal karena memiliki reputasi sebagai MR yang tingkat penjualannya paling tinggi. Selain itu Shindo juga berwajah tampan sehingga ia digandrungi karyawati perusahaan khususnya yang masih lajang. Tanpa diduga oleh Hikaru, sejak SMU dulu Shindo sudah memiliki perasaan khusus terhadapnya sehingga ketika mereka bertemu kembali, Shindo segera mengajak Hikaru kencan. Hikaru yang juga sejak dulu mengagumi Shindo sangat bahagia dan mengiyakan ajakan Shindo. Tak lama kemudian, mereka pun berpacaran. ;)
Sebagai seorang MR yang harus mencapai target penjualan cukup tinggi, Shindo seringkali membatalkan janjinya dengan Hikaru karena alasan pekerjaan. Awalnya Hikaru berusaha mengerti namun karena Shindo seringkali melakukannya dan ia juga sering mendengar bahwa untuk memuaskan para kliennya (dokter) Shindo mengunjungi klub kabaret dan hostess bersama para perempuan. Tentu saja semua itu membuat Hikaru khawatir dan ragu terhadap Shindo, apalagi Shindo seorang yang ambisius dalam pekerjaannya, ia akan menghalalkan cara apa saja untuk bisa mendapatkan klien. Keraguan Hikaru mencapai puncaknya saat Shindo membatalkan acara kencan bersama ke festival Gion. Hikaru sangat kecewa karena seharusnya pada hari itu mereka akan merayakan ulang tahun Hikaru, namun Shindo membatalkan janjinya untuk menemui klien.
Saat Hikaru sedang menangis, muncullah Eiji Amano. Amano merupakan rekan sejawat Shindo dan ia juga seorang MR. Berbeda dengan Shindo yang tidak keberatan mengunjungi hostess, kabaret dan klub demi memuaskan kliennya, Amano memilih cara lain untuk mendekati klien. Biasanya Amano memuaskan klien dengan mengajak mereka ke kedai sake sederhana atau membantu bersih-bersih di ruangan rumah sakit. Setelah mendengarkan cerita Hikaru mengenai Shindo, Amano mengajak Hikaru ke Bonto-Cho, tempat Shindo membawa kliennya malam itu. Di sana Hikaru melihat perjuangan Shindo dalam mendapatkan kliennya, Shindo rela memakan makanan yang sudah diberi abu rokok (tantangan dari klien jika ingin mereka memakai produk perusahaan Shindo) dan menghabiskannya. Meski Shindo merasa mual dan marah dalam hatinya tapi ia tidak menunjukkannya, ia tetap tersenyum sehingga klien tersebut bersedia memakai jasanya. Hikaru merasa terharu, sedih sekaligus semakin mengagumi cara Shindo bekerja. Ia menyesal telah meragukan Shindo, padahal kekasihnya itu begitu serius bekerja. Hikaru menyatakan penyesalannya pada Shindo dan merasa yakin kalau ia memang mencintai Shindo, seperti Shindo yang serius mencintainya. Shindo juga merasa lega karena akhirnya Hikaru percaya padanya,  sebab ia juga cemas Hikaru meninggalkannya. Keesokan harinya Shindo melamar Hikaru. :o
Di tengah kebahagiaan Shindo dan Hikaru, Natsuko yang merasa iri dengan semua itu berusaha merebut Shindo. Ia juga menyukai Shindo dan ia merasa heran melihat Shindo lebih memilih Hikaru yang biasa saja ketimbang dirinya yang sering dikagumi para pria. Natsuko pun mencari jalan supaya ia bisa membuat Shindo dan Hikaru berpisah. Awalnya ia meretakkan persahabatan Hikaru dengan Shizuka, setelah itu Natsuko mendekati dokter bedah tulang, dokter Baba yang selama ini sulit didekati oleh Shindo karena ia sangat membenci MR. Dokter Baba yang tengah di ambang perceraian dengan istrinya, menyukai Natsuko yang cantik dan mengerti (dikiranya) mengenai kesukaannya bertanam Anggrek Eropa. Natsuko memanfaatkan rasa suka dokter Baba terhadapnya supaya dokter Baba membeli obat Takeuchi melalui jasa Shindo sebagai MR.
Bagaimana kelanjutan kisah Shindo dan Hikaru? Akan pertunangan mereka bertahan? Berhasilkah Natsuko merebut Shindo? Penasaran kan…? Saya juga :(….ikuti terus kisah karya Yukari ini sampai ke volume 14…

Whispering Rock-Memulihkan Jiwa

Mike Valenzuela memutuskan pergi ke Virgin River setelah mendapat tiga peluru yang bersarang di dirinya dan nyaris membuatnya tewas. Di saat-saat paling mengenaskan dalam hidupnya, Mike didampingi sahabat-sahabat Marinir setianya Jack dan Preacher juga Mel seorang bidan, terapis sekaligus istri Jack, sahabat terbaiknya. Jika ia ingin mengubah gaya hidup setelah apa yang menimpanya, maka Virgin River dan para penduduknya merupakan pilihan yang tepat. Di sana Mike memiliki semua yang ia butuhkan, sahabatnya, makanan bergizi, seorang terapis professional dan juga menemukan jalan untuk hidup barunya.
Brie Sheridan, adik Jack, mengalami trauma terberat dalam hidupnya. Trauma pertama adalah perceraian dengan suami yang sangat dicintainya, Brad yang berselingkuh dengan sahabat terbaik Brie. Kedua adalah kekalahannya dalam kasus pemerkosaan berantai. Ketiga, ia sendiri menjadi korban dari si pemerkosa berantai dan mengambil semua yang tersisa dalam diri Brie, cintanya, harga dirinya juga rasa percaya dirinya. Brie yang energik, berani dan pintar berubah total menjadi Brie yang paranoid, tidak berani bersosialisasi dan sangat tertutup. Sepertinya semua jalan telah tertutup bagi Brie dan ia pun pergi ke rumah Jack, kakaknya di Virgin River. Bermain dengan keponakan barunya yang lucu, membantu kakak iparnya juga berteman dengan sahabat kakaknya yang cacat sepertinya berhasil memulihkan Brie sedikit demi sedikit. Namun Brie kembali menarik diri ketika ia dihadapkan kembali pada kasus yang membuatnya trauma, kasus yang merenggut sisa hidupnya dan yang harus dihadapinya untuk menjebloskan si pelaku ke penjara.
Dengan mengerahkan segenap keberanian, serta dukungan dari Mike, keluarga dan para sahabat, Brie berjuang mati-matian melawan rasa takut dan trauma dalam dirinya untuk merebut kembali hidup dan cintanya.
Review:
Novel yang sangat bagus, novel ini mengajarkan bahwa setiap orang berhak untuk memperoleh kesempatan kedua, untuk kembali berjuang dan meraih hidup yang bahagia setelah banyak hal buruk yang menimpanya. Kejadian buruk tak memandang usia, di novel ini tak hanya menceritakan orang dewasa yang mengalami konflik rumit dalam hidupnya tapi juga diceritakan bagaimana beberapa remaja Virgin River mengalami konflik pelik di usia mereka yang masih belia, dan mereka membutuhkan dukungan untuk melalui itu semua. Bukan ejekan, hinaan atau makian. Butuh keberanian yang sangat besar untuk mampu bersikap tegar dan menegakkan wajah di tengah-tengah orang yang hanya bisa melihat keburukanmu tanpa mau tahu apa yang sesungguhnya kamu alami. Namun, selalu ada, ya selalu ada orang-orang yang mengerti, mau membuka tangan lebar-lebar untuk menerima kita apa adanya serta mendukung kita untuk meraih kehidupan itu kembali.
Sekeras apapun badai kehidupan, badai itu pasti berlalu
Yang dibutuhkan hanya sedikit keberanian